Dampak Virus Corona (COVID-19) Pada sektor UMKM
Tugas Online Pengantar Bisnis
Nama : Putri Firiandari
Nim 01219060
Kelas : Manajemen A01
Dampak Virus COVID-19 pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Virus Corona sudah mulai masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020 tepatnya satu bulan belakangan ini virus Corona sudah menjadi sebuah ketakutan baru untuk masyarakat, apa lagi dengan bertambahnya orang yang sudah terinfeksi virus ini. Masyarakat sudah mulai khawatir begitu juga pemerintah hingga turunnya anjuran untuk social distancing atau phisycal distancing. Aturan tersebut berlaku untuk masyarakat agar tidak keluar rumah apa bila tidak ada kepentingan yang sangat mendesak. Dengan adanya ketakutan masyarakat dan peraturan pemerintah berdampak sekolah atau perguruan tinggi memberlakukan metode sistem pembelajaran online bagi para siswa atau mahasiswa juga untuk para dosen agar work at home. Bukan hanya itu peraturan ini membuat pusat perbelanjaan sepi dari pengunjung, usaha-usaha di sekitar masyarakat pun ikut sepi. Terjadi penurunan omset sales 70% banyak perusahaan merugi dan kebanyakan dari perusahaan tidak bisa membayar gaji. Pada akhirnya perusahaan tersebut memberikan cuti kepada para pekerjanya yang cuti tersebut tidak dibayar. Sehingga banyak pekerja di Surabaya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga mengalami tekanan akibat tidak dapat melakukan kegiatan usaha sehingga kemampuan untuk memenuhi kewajiban kredit terganggu. Sebab itu, ia menuturkan Non Performing Loan (NPL) perbankan untuk UMKM turut berpotensi meningkat signifikan sehingga berpotensi semakin memperburuk kondisi perekonomian.
Sektor UMKM juga terpukul yang biasanya selama ini menjadi safety net sekarang akan mengalami pukulan yang sangat besar karena ada restriksi kegiatan ekonomi dan sosial. kemampuan UMKM ketika terjadi krisis pada 1997 hingga 1998 sangat berbeda dengan sekarang sebab saat itu sektor ini masih mampu bertahan untuk menghadapi kondisi tersebut. “Tahun 1997 sampai 1998 UMKM justru masih resilience tapi dalam COVID-19 ini justru terpukul paling depan karena tidak ada kegiatan masyarakat, Pemerintah tengah menyiapkan bantuan sosial sektor informal dan stimulus ekonomi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM untuk menjaga daya beli di tengah tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Selain itu Status tanggap darurat yang diterapkan di beberapa wilayah akibat wabah virus corona, membuat pekerja di sektor informal dan UMKM tak bekerja dan terpaksa pulang kampung. pendapatan usaha UMKM "pupus" gara-gara wabah Covid-19, sehingga mereka kesulitan untuk membayar biaya-biaya dan gaji atau honor pekerja.
Dampaknya adalah banyak dari pekerja UMKM terpaksa pulang kampung. Akibat dari Covid-19, mengakibatkan pupus habis pendapatan per hari,Pandemi virus corona pukul sektor UMKM sampai 'kembang kempis'
Banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan beberapa dampak virus Corona terhadap usaha mereka diantaranya:
1. Penjualan menurun
Sebanyak 774 koperasi dan UMKM atau setara dengan 68 persen, mengeluh penjualannya menurun akibat dampak wabah virus corona. Penurunkan penjualan dirasakan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi utara, Sulawesi tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
2. Kesulitan bahan baku
Sebanyaj 63 koperasi dan UMKM atau 6 persen, menyatakan mengalami kesulitan bahan baku. Hal itu terjadi di Banten, DKI Jakarta, DIY, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
3. Distribusi terhambat
Sebanyak 111 koperasi dan UMKM atau setara dengan 10 persen menyatakan mengalami distribusi yang terhambat. Hal ini terjadi di Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timut, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi Utara dan Banten.
4. Kesulitan permodalan
Sebanyak 141 koperasi dan UMKM atau setara dengan 12 persen, menyatakan mengalami masalah permodalan. Hal ini terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Jambi, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali dan Kepulauan Riau.
5. Produksi terhambat
Sebanyak 42 koperasi dan UMKM atau setara dengan 4 persen, menyatakan mengalami produksi yang terhambat.Hal ini terjadi di Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta.
Virus corona: Dampaknya 'lebih buruk daripada krisis finansial 2008'
virus corona bagi Indonesia, sepi turis hingga berpotensi gerus nilai ekspor
Virus corona berpotensi melenyapkan triliunan rupiah dari sektor pariwisata Indonesia
Perlindungan sosial di sektor informal
banyak pekerja informal yang terpaksa pulang kampung karena penghasilannya menurun sangat drastis atau bahkan hilang sebagai imbas dari penerapan status tanggap darurat yang membatasi aktivitas warga.
program perlindungan sosial dan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha informal dan UMKM harus segera diterapkan.
Perang dagang dunia dan merebaknya pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap perekonomian di Indonesia. Tantangan perekonomian saat ini sangatlah berat. Masyarakat berada dalam kondisi waspada dan sangat berhati-hati dengan membatasi bepergian dan konsumsi yang tentunya berimbas pada transaksi jual beli di pasaran. Berbagai elemen terkena imbas, sebut saja restoran, pasar, pusat perbelanjaan, transportasi online, hingga para pemilik UKM.
Sebanyak 96% pemilik UKM di Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka telah merasakan dampak dari pandemi Covid-19 dan 75% dari usaha mereka mengalami penurunan penjualan. omzet UKM Indonesia telah berkurang hingga 70% dalam sepekan terakhir.
Presiden Jokowi telah mengimbau kepada seluruh elemen pemerintah untuk memangkas rencana belanja yang bukan prioritas di APBN dan APDB untuk direlokasi ke tiga prioritas pemerintah saat ini yakni kesehatan masyarakat, bantuan sosial, dan insentif ekonomi bagi pelaku usaha dan UKM agar bisa tetap berproduksi dan terhindar dari PHK. "Di masa sekarang ini, penggunaan teknologi akan menjadi solusi terbaik untuk membantu roda perekonomian UKM tetap berjalan. Selain bantuan modal, pemasaran melalui media sosial dan automasi pembukuan akan memudahkan UKM untuk menyusun strategi yang sekiranya tepat guna kelangsungan usaha saat ini dan ke depannya.
Berikut adalah lima strategi atau tips yang dapat diterapkan oleh UKM dalam menghadapi dampak Covid-19 ini. Berikut ulasannya.
1. Manfaatkan media sosial sebagai channel utama pemasaran
Di tengah kondisi ini, masyarakat diimbau mengurangi tatap muka dan keluar rumah, media sosial dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan produk atau usaha yang dimiliki jika Anda belum mencobanya. Banyak UKM di Indonesia yang saling bantu usaha satu sama lain saat ini, mulai dengan aktif menceritakan produk atau usaha, memberikan promo, hingga minta bantuan teman untuk promosikan usaha.
2. Pastikan cashflow terjaga dengan sehat
Arus kas menjadi unsur paling penting dalam bisnis sehingga para pemilik usaha harus mampu mengelola uang tunai secara optimal dan baik. Dengan situasi seperti ini, pemilik usaha ada yang menjadi terhambat dalam melakukan penagihan dan pembayaran kepada mitra usaha karena biasa dilakukan manual tatap muka.
3. Rencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya
Melihat kembali rencana anggaran biaya menjadi hal yang krusial di masa ini. Pemilik usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi prioritas dan melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini untuk mengupayakan usaha tetap berjalan dengan risiko yang dapat diantisipasi.
4. Selalu monitor transaksi bisnis
Lakukan transaksi perbankan secara online di rumah pada masa ini.
5. Perhatikan kondisi stok barang
Cek status persediaan barang secara berkala dan real time. pemilik usaha tidak hanya menghitung persediaan barang, tetapi juga mengetahui harga jual beli rata-rata dan menginformasikan ketersediaan stok saat itu juga. Monitor persediaan barang juga diperlukan untuk memperoleh referensi misal produk mana yang paling diminati dan kurang diminati, produk mana yang akan segera habis masa berlakunya, stok yang kosong, dll. Dengan kondisi saat ini, bisa dilihat bahwa teknologi memegang peranan besar dalam keberlangsungan operasional perusahaan. Juga memudahkan pemilik usaha tetap dapat memantau serta mengakses laporan keuangan usaha dengan aman di mana pun dan kapan pun serta biaya yang terjangkau.
Nama : Putri Firiandari
Nim 01219060
Kelas : Manajemen A01
Dampak Virus COVID-19 pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Virus Corona sudah mulai masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020 tepatnya satu bulan belakangan ini virus Corona sudah menjadi sebuah ketakutan baru untuk masyarakat, apa lagi dengan bertambahnya orang yang sudah terinfeksi virus ini. Masyarakat sudah mulai khawatir begitu juga pemerintah hingga turunnya anjuran untuk social distancing atau phisycal distancing. Aturan tersebut berlaku untuk masyarakat agar tidak keluar rumah apa bila tidak ada kepentingan yang sangat mendesak. Dengan adanya ketakutan masyarakat dan peraturan pemerintah berdampak sekolah atau perguruan tinggi memberlakukan metode sistem pembelajaran online bagi para siswa atau mahasiswa juga untuk para dosen agar work at home. Bukan hanya itu peraturan ini membuat pusat perbelanjaan sepi dari pengunjung, usaha-usaha di sekitar masyarakat pun ikut sepi. Terjadi penurunan omset sales 70% banyak perusahaan merugi dan kebanyakan dari perusahaan tidak bisa membayar gaji. Pada akhirnya perusahaan tersebut memberikan cuti kepada para pekerjanya yang cuti tersebut tidak dibayar. Sehingga banyak pekerja di Surabaya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka.
Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga mengalami tekanan akibat tidak dapat melakukan kegiatan usaha sehingga kemampuan untuk memenuhi kewajiban kredit terganggu. Sebab itu, ia menuturkan Non Performing Loan (NPL) perbankan untuk UMKM turut berpotensi meningkat signifikan sehingga berpotensi semakin memperburuk kondisi perekonomian.
Sektor UMKM juga terpukul yang biasanya selama ini menjadi safety net sekarang akan mengalami pukulan yang sangat besar karena ada restriksi kegiatan ekonomi dan sosial. kemampuan UMKM ketika terjadi krisis pada 1997 hingga 1998 sangat berbeda dengan sekarang sebab saat itu sektor ini masih mampu bertahan untuk menghadapi kondisi tersebut. “Tahun 1997 sampai 1998 UMKM justru masih resilience tapi dalam COVID-19 ini justru terpukul paling depan karena tidak ada kegiatan masyarakat, Pemerintah tengah menyiapkan bantuan sosial sektor informal dan stimulus ekonomi bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM untuk menjaga daya beli di tengah tekanan ekonomi akibat wabah Covid-19.
Selain itu Status tanggap darurat yang diterapkan di beberapa wilayah akibat wabah virus corona, membuat pekerja di sektor informal dan UMKM tak bekerja dan terpaksa pulang kampung. pendapatan usaha UMKM "pupus" gara-gara wabah Covid-19, sehingga mereka kesulitan untuk membayar biaya-biaya dan gaji atau honor pekerja.
Dampaknya adalah banyak dari pekerja UMKM terpaksa pulang kampung. Akibat dari Covid-19, mengakibatkan pupus habis pendapatan per hari,Pandemi virus corona pukul sektor UMKM sampai 'kembang kempis'
Banyak pelaku UMKM yang mengeluhkan beberapa dampak virus Corona terhadap usaha mereka diantaranya:
1. Penjualan menurun
Sebanyak 774 koperasi dan UMKM atau setara dengan 68 persen, mengeluh penjualannya menurun akibat dampak wabah virus corona. Penurunkan penjualan dirasakan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi utara, Sulawesi tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
2. Kesulitan bahan baku
Sebanyaj 63 koperasi dan UMKM atau 6 persen, menyatakan mengalami kesulitan bahan baku. Hal itu terjadi di Banten, DKI Jakarta, DIY, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
3. Distribusi terhambat
Sebanyak 111 koperasi dan UMKM atau setara dengan 10 persen menyatakan mengalami distribusi yang terhambat. Hal ini terjadi di Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timut, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi Utara dan Banten.
4. Kesulitan permodalan
Sebanyak 141 koperasi dan UMKM atau setara dengan 12 persen, menyatakan mengalami masalah permodalan. Hal ini terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Jambi, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali dan Kepulauan Riau.
5. Produksi terhambat
Sebanyak 42 koperasi dan UMKM atau setara dengan 4 persen, menyatakan mengalami produksi yang terhambat.Hal ini terjadi di Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan DKI Jakarta.
Virus corona: Dampaknya 'lebih buruk daripada krisis finansial 2008'
virus corona bagi Indonesia, sepi turis hingga berpotensi gerus nilai ekspor
Virus corona berpotensi melenyapkan triliunan rupiah dari sektor pariwisata Indonesia
Perlindungan sosial di sektor informal
banyak pekerja informal yang terpaksa pulang kampung karena penghasilannya menurun sangat drastis atau bahkan hilang sebagai imbas dari penerapan status tanggap darurat yang membatasi aktivitas warga.
program perlindungan sosial dan stimulus ekonomi bagi pelaku usaha informal dan UMKM harus segera diterapkan.
Perang dagang dunia dan merebaknya pandemi Covid-19 memberikan dampak besar terhadap perekonomian di Indonesia. Tantangan perekonomian saat ini sangatlah berat. Masyarakat berada dalam kondisi waspada dan sangat berhati-hati dengan membatasi bepergian dan konsumsi yang tentunya berimbas pada transaksi jual beli di pasaran. Berbagai elemen terkena imbas, sebut saja restoran, pasar, pusat perbelanjaan, transportasi online, hingga para pemilik UKM.
Sebanyak 96% pemilik UKM di Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka telah merasakan dampak dari pandemi Covid-19 dan 75% dari usaha mereka mengalami penurunan penjualan. omzet UKM Indonesia telah berkurang hingga 70% dalam sepekan terakhir.
Presiden Jokowi telah mengimbau kepada seluruh elemen pemerintah untuk memangkas rencana belanja yang bukan prioritas di APBN dan APDB untuk direlokasi ke tiga prioritas pemerintah saat ini yakni kesehatan masyarakat, bantuan sosial, dan insentif ekonomi bagi pelaku usaha dan UKM agar bisa tetap berproduksi dan terhindar dari PHK. "Di masa sekarang ini, penggunaan teknologi akan menjadi solusi terbaik untuk membantu roda perekonomian UKM tetap berjalan. Selain bantuan modal, pemasaran melalui media sosial dan automasi pembukuan akan memudahkan UKM untuk menyusun strategi yang sekiranya tepat guna kelangsungan usaha saat ini dan ke depannya.
Berikut adalah lima strategi atau tips yang dapat diterapkan oleh UKM dalam menghadapi dampak Covid-19 ini. Berikut ulasannya.
1. Manfaatkan media sosial sebagai channel utama pemasaran
Di tengah kondisi ini, masyarakat diimbau mengurangi tatap muka dan keluar rumah, media sosial dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan produk atau usaha yang dimiliki jika Anda belum mencobanya. Banyak UKM di Indonesia yang saling bantu usaha satu sama lain saat ini, mulai dengan aktif menceritakan produk atau usaha, memberikan promo, hingga minta bantuan teman untuk promosikan usaha.
2. Pastikan cashflow terjaga dengan sehat
Arus kas menjadi unsur paling penting dalam bisnis sehingga para pemilik usaha harus mampu mengelola uang tunai secara optimal dan baik. Dengan situasi seperti ini, pemilik usaha ada yang menjadi terhambat dalam melakukan penagihan dan pembayaran kepada mitra usaha karena biasa dilakukan manual tatap muka.
3. Rencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya
Melihat kembali rencana anggaran biaya menjadi hal yang krusial di masa ini. Pemilik usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi prioritas dan melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini untuk mengupayakan usaha tetap berjalan dengan risiko yang dapat diantisipasi.
4. Selalu monitor transaksi bisnis
Lakukan transaksi perbankan secara online di rumah pada masa ini.
5. Perhatikan kondisi stok barang
Cek status persediaan barang secara berkala dan real time. pemilik usaha tidak hanya menghitung persediaan barang, tetapi juga mengetahui harga jual beli rata-rata dan menginformasikan ketersediaan stok saat itu juga. Monitor persediaan barang juga diperlukan untuk memperoleh referensi misal produk mana yang paling diminati dan kurang diminati, produk mana yang akan segera habis masa berlakunya, stok yang kosong, dll. Dengan kondisi saat ini, bisa dilihat bahwa teknologi memegang peranan besar dalam keberlangsungan operasional perusahaan. Juga memudahkan pemilik usaha tetap dapat memantau serta mengakses laporan keuangan usaha dengan aman di mana pun dan kapan pun serta biaya yang terjangkau.
Komentar
Posting Komentar